Rinna.

Rinna

Jumat, 21 Oktober 2011

Rancangan Telinga Manusia.


Rancangan pada Telinga

Contoh menarik lainnya dari organ rumit yang tak teruraikan pada makhluk hidup adalah telinga manusia.

Sebagaimana diketahui, proses mendengar dimulai dari getaran-getaran di udara. Getaran-getaran ini diperkuat di telinga luar. Penelitian telah menunjukkan bahwa bagian dari telinga luar yang disebut konkha bekerja seperti semacam pengeras suara, dan gelombang suara diperkuat di saluran telinga luar. Dengan cara ini, kekerasan gelombang suara amat meningkat.

Suara yang diperkuat dengan cara ini memasuki saluran telinga luar. Ini adalah daerah dari telinga luar hingga gendang telinga. Satu ciri menarik saluran telinga, yang panjangnya sekitar tiga setengah sentimeter, adalah lilin yang terus-menerus dihasilkannya. Lilin ini mengandung sifat antiseptik yang mencegah bakteri dan serangga masuk. Lebih jauh lagi, sel-sel pada permukaan saluran telinga ini disusun berbentuk spiral yang diarahkan langsung ke luar, sehingga lilin ini selalu mengalir keluar telinga ketika dilepaskan.

Getaran-getaran suara yang melewati saluran telinga dengan cara ini mencapai gendang telinga. Membran ini begitu peka sampai bisa mengenali bahkan getaran-getaran di tingkat molekul. Berkat kepekaan gendang telinga yang sangat hebat, Anda dapat mendengar dengan mudah seseorang yang berbisik-bisik dari beberapa meter jauhnya. Atau mendengar getaran-getaran yang dihasilkan ketika Anda menggesek-gesekkan dua jari secara perlahan. Ciri luar biasa lainnya dari gendang telinga adalah bahwa setelah menerima satu getaran, ia kembali ke keadaan awalnya. Perhitungan-perhitungan telah menyingkapkan bahwa setelah menerima getaran terhalus, gendang telinga kembali bergeming lagi kurang dari 4 milidetik. Jika gendang telinga tidak bergeming secepat itu, setiap suara yang kita dengar akan bergema di telinga kita.

Gendang telinga memperkuat getaran-getaran yang diterimanya, dan mengirimkannya ke daerah tengah telinga. Di sini, ada tiga tulang yang satu sama lain dalam keseimbangan yang sangat peka. Ketiga tulang ini disebut tulang martil, landasan, dan sanggurdi; ketiganya berfungsi memperkuat getaran yang diterima dari gendang telinga.

Namun, telinga tengah juga memiliki semacam "penyangga" untuk mengurangi getaran suara yang sangat tinggi. Fungsi ini dilakukan oleh dua dari otot-otot tubuh terkecil, yang mengendalikan tulang-tulang martil, landasan dan sanggurdi. Otot-otot ini memungkinkan suara yang terlalu keras diredam sebelum mencapai telinga dalam. Berkat mekanisme ini, kita mendengar suara yang cukup keras untuk mengguncang sistem pada tingkat yang telah diredam. Otot-otot ini otot tak sadar, dan bekerja otomatis sedemikian sehingga bahkan jika kita tertidur dan lalu ada suara keras di samping kita, otot-otot ini segera mengerut dan mengurangi kekuatan getaran yang mencapai telinga dalam.

Telinga tengah, yang memiliki rancangan sesempurna ini, perlu mempertahankan sebuah keseimbangan penting. Tekanan udara di dalam telinga tengah harus sama dengan tekanan di luar gendang telinga, yakni, sama dengan tekanan udara atmosfer. Namun, keseimbangan ini telah dipikirkan, dan sebuah saluran antara telinga tengah dan dunia luar yang memungkinkan pertukaran udara telah dibangun. Saluran ini adalah saluran eustakhius, sebuah rongga yang merentang dari telinga dalam sampai rongga mulut.

Telinga Dalam

Yang kita uraikan sejauh ini tampaknya baru mencakup getaran-getaran di telinga luar dan tengah. Getaran terus-menerus dilewatkan, tetapi sejauh ini belum ada sesuatu selain gerakan mekanis. Dengan kata lain, belum ada suara.

Proses tempat gerakan mekanis mulai berubah menjadi suara diawali di dalam daerah yang disebut telinga dalam. Di telinga dalam, ada organ berbentuk spiral yang berisi sejenis cairan. Organ ini disebut rumah siput (kokhlea).

Struktur rumit pada telinga dalam. Pada struktur tulang yang rumit ini, terletak sistem yang menjaga keseimbangan kita dan juga sistem pendengaran yang sangat peka yang mengubah getaran menjadi suara.
Bagian terakhir telinga tengah adalah tulang sanggurdi, yang dihubungkan dengan rumah siput oleh suatu membran. Getaran-getaran mekanis di telinga tengah diteruskan ke cairan di telinga dalam lewat hubungan ini.

Getaran yang mencapai cairan di telinga dalam menimbulkan pengaruh gelombang pada cairan. Dinding-dinding sebelah dalam rumah siput ditutupi oleh struktur-struktur halus mirip rambut, disebut stereosilia, yang peka terhadap pengaruh gelombang. Rambut-rambut halus ini bergerak sesuai dengan gerak cairan. Jika suara keras dipancarkan, maka lebih banyak rambut akan merunduk dengan lebih kuat. Setiap frekuensi berbeda dari dunia luar menimbulkan pengaruh berbeda pada rambut-rambut ini.

Tetapi, apakah arti pergerakan rambut ini? Apakah kaitan gerakan rambut halus pada rumah siput di telinga dalam dengan mendengarkan suatu konser musik klasik, mengenali suara seorang teman, mendengar suara sebuah mobil, atau membedakan jutaan jenis suara lainnya?

Jawabannya sangat menarik, dan sekali lagi mengungkapkan kerumitan rancangan pada telinga. Setiap rambut halus yang menutupi dinding sebelah dalam rumah siput sebenarnya sebuah mekanisme yang berdiri di atas 16 ribu sel rambut. Ketika merasakan sebuah getaran, rambut-rambut ini bergerak dan saling mendorong, mirip seperti kartu domino. Gerakan ini membuka saluran pada membran sel-sel yang terletak di bawah rambut. Dan hal ini memungkinkan arus masuk ion ke dalam sel. Ketika rambut bergerak ke arah yang berlawanan, saluran ini kembali menutup. Maka, gerakan rambut yang terus-menerus menyebabkan perubahan terus-menerus keseimbangan kimiawi pada sel-sel di bawahnya, yang lalu membuat sel-sel menghasilkan isyarat listrik. Isyarat listrik ini diteruskan ke otak oleh syaraf, dan otak lalu mengolahnya, mengubahnya menjadi suara.

Dinding-dinding sebelah dalam rumah siput ditutupi oleh rambut-rambut halus. Rambut-rambut ini bergerak searah dengan gerak gelombang yang terbentuk di cairan pada telinga dalam akibat getaran yang datang dari luar. Dengan cara ini, keseimbangan listrik sel-sel yang melekat ke rambut-rambut itu berubah, dan membentuk isyarat-isyarat yang kita kenali sebagai "suara."
Ilmu pengetahuan masih belum mampu menjelaskan semua rincian teknis sistem ini. Sambil membangkitkan isyarat-isyarat listrik, sel-sel pada telinga dalam juga berhasil menyalurkan frekuensi, kekuatan, dan irama yang datang dari luar. Prosesnya begitu rumit sehingga sejauh ini masih belum dipastikan oleh ilmu pengetahuan apakah sistem pembeda frekuensi terjadi di telinga dalam atau di otak.

Kini, ada fakta menarik yang harus kita pikirkan tentang gerakan rambut halus pada sel-sel telinga dalam. Sejak awal, kami mengatakan bahwa rambut-rambut bergoyang maju-mundur, saling mendorong bak kartu domino. Tetapi, biasanya gerakan rambut-rambut halus ini sangat halus. Penelitian telah menunjukkan bahwa satu gerakan rambut yang sejauh satu atom saja sudah cukup menimbulkan reaksi di dalam sel. Para pakar yang telah meneliti masalah ini memberikan contoh sangat menarik untuk menggambarkan kepekaan rambut-rambut ini: jika kita bayangkan sehelai rambut sama tingginya dengan Menara Eiffel, pengaruh ke sel yang melekat padanya dimulai dengan sebuah gerakan yang sejauh hanya 3 sentimeter dari puncak menara.

Sama menariknya adalah pertanyaan berapa sering rambut-rambut halus ini mampu bergerak per detiknya. Kemampuan ini sesuai dengan frekuensi suara. Semakin tinggi, jumlah gerakan rambut-rambut ini mencapai tingkat yang tak terbayangkan: misalnya, suara berfrekuensi 20 MHz menyebabkan rambut-rambut halus ini bergerak 20 ribu kali per detik.

Semua yang telah kita telaah sejauh ini menunjukkan bahwa telinga memiliki sebuah rancangan luar biasa. Pada pengamatan lebih dekat, ternyata rancangan ini rumit tak teruraikan, sebab, untuk bisa mendengar, semua komponen sistem pendengaran mesti ada dan dalam keadaan utuh yang siap bekerja. Hilangkan satu saja—misalnya, tulang martil di telinga tengah—atau rusak strukturnya, dan Anda tidak lagi bisa mendengar apa-apa. Supaya Anda bisa mendengar, beraneka unsur seperti gendang telinga, tulang-tulang martil, landasan, dan sanggurdi, membran telinga dalam, rumah siput, dan cairan di dalam rumah siput, rambut-rambut halus yang meneruskan getaran dari cairan ke sel-sel indera di bawahnya, sel-sel indera itu sendiri, jaringan syaraf yang menghubungkannya ke otak, dan pusat pendengaran di otak semuanya harus ada dalam keadaan utuh yang siap bekerja. Sistem ini tak bisa dikembangkan secara "bertahap" karena tahap-tahap peralihan tak berguna sama sekali.

Asal Usul Telinga Menurut Evolusionis

Sistem rumit yang tak teruraikan pada telinga adalah sesuatu yang tak pernah bisa dijelaskan dengan memuaskan oleh evolusionis. Ketika melihat pada teori-teori yang jarang-jarang diajukan evolusionis, kita akan bertemu dengan sebuah pemikiran yang meremehkan dan dangkal. Misalnya, seorang penulis Veysel Atayman, yang menerjemahkan ke bahasa Turki buku Im Anfang War der Wasserstoff (Awalnya adalah Hidrogen) karya ahli biologi Jerman Hoimar von Ditfurth, dan yang telah dihormati sebagai "pakar evolusi" oleh media Turki, merangkum teori "ilmiah" nya tentang asal usul telinga dan petunjuknya sebagai berikut:

Organ pendengaran kita, telinga, muncul sebagai hasil evolusi lapisan-lapisan endoderm dan eksoderm, yang kita sebut kulit. Satu bukti bagi hal ini adalah kita merasakan suara-suara rendah di kulit perut kita!

Dengan kata lain, Atayman berpikir bahwa telinga berevolusi dari kulit biasa di bagian lain tubuh kita, dan menganggap penginderaan suara rendah pada kulit kita sebagai buktinya.

Marilah kita terima dulu ‘teori’ Atayman, lalu ‘bukti’ yang diajukannya. Kita baru saja melihat bahwa telinga adalah suatu struktur rumit yang tersusun dari lusinan bagian. Mengatakan bahwa struktur ini muncul melalui "evolusi lapisan kulit" adalah, singkatnya, membangun istana di udara. Mutasi atau pengaruh seleksi alam apakah yang bisa menyebabkan evolusi seperti ini terjadi? Bagian mana dari telinga yang terbentuk pertama? Bagaimanakah bagian itu, sebagai hasil ketaksengajaan, telah dipilih oleh seleksi alam sekalipun tak berfungsi? Bagaimanakah kebetulan melahirkan semua keseimbangan mekanis yang peka pada telinga: gendang telinga, tulang-tulang martil, landasan dan sanggurdi, otot-otot yang mengendalikannya, telinga dalam, rumah siput, cairan di dalamnya, rambut-rambut halus, sel-sel yang peka gerakan, sambungan syarafnya, dan lain-lain?

Tidak ada jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan ini. Malah, menggagaskan bahwa semua struktur rumit ini hanyalah "kebetulan" sebenarnya sebuah penghinaan atas kecerdasan manusia. Akan tetapi, menurut kata-kata Michael Denton, bagi para Darwinis, "gagasan ini diterima tanpa sekelumit pun keraguan—kerangka berpikir adalah lebih utama!"

Di luar mekanisme seleksi alam dan mutasi, evolusionis sangat percaya pada sebuah "tongkat ajaib" yang melahirkan rancangan-rancangan terumit ini secara kebetulan.

"Bukti" yang disediakan Atayman untuk teori khayalan ini malah lebih menarik. Ia mengatakan, "kita merasakan suara-suara rendah di kulit kita adalah buktinya." Yang kita sebut suara sebenarnya terdiri dari getaran-getaran di udara. Karena suatu akibat fisik, getaran tentu saja bisa dirasakan oleh indera peraba kita. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kita mampu merasakan suara tinggi dan rendah secara fisik. Lebih jauh lagi, suara juga mempengaruhi tubuh secara fisik. Pecahan kaca berkekuatan suara tinggi di dalam ruangan adalah sebuah contohnya. Yang menarik adalah bahwa penulis evolusionis Atayman bisa-bisanya berpikir bahwa akibat-akibat ini bukti evolusi telinga. Jalan pikiran Atayman adalah sebagai berikut: "Telinga merasakan gelombang-gelombang suara, kulit kita terpengaruh oleh getaran-getaran ini, oleh karena itu, telinga berevolusi dari kulit." Jika mengikuti pemikiran Atayman, seseorang juga bisa mengatakan, "Telinga menerima gelombang-gelombang suara, kaca juga terpengaruh oleh gelombang-gelombang ini, oleh karena itu, telinga berevolusi dari kaca." Sekali seseorang meninggalkan batas-batas akal sehat, tiada "teori" yang tak bisa diajukan.

Skenario-skenario lain yang diajukan evolusionis tentang asal usul telinga secara mengherankan bertentangan. Evolusionis menyatakan bahwa semua mamalia, termasuk manusia, berevolusi dari reptil. Tetapi, sebagaimana sudah kita lihat, struktur telinga reptil sangat berbeda dengan mamalia. Semua mamalia berstruktur telinga tengah yang tersusun dari tiga tulang yang baru saja diuraikan di atas, sementara hanya ada satu tulang di telinga tengah semua reptil. Sebagai tanggapan terhadap hal ini, evolusionis menyatakan bahwa empat tulang terpisah pada rahang reptil berubah kedudukan secara kebetulan dan "berpindah" ke telinga tengah, dan juga secara kebetulan berubah menjadi tulang-tulang landasan dan sanggurdi. Menurut skenario khayalan ini, tulang tunggal pada telinga tengah reptil berubah bentuk dan menjadi tulang martil, dan keseimbangan sangat peka di antara ketiga tulang telinga tengah terbentuk secara kebetulan.

Pernyataan mencengangkan ini, yang sama sekali tak didasarkan pada penemuan ilmiah (tanpa kaitan apa pun dalam catatan fosil), sangat bertentangan sendiri. Pokok terpenting di sini adalah perubahan khayalan seperti itu akan membuat tuli makhluk hidup. Secara alamiah, makhluk hidup tak bisa terus mendengar jika tulang rahangnya perlahan-lahan memasuki telinga dalamnya. Spesies seperti itu akan dirugikan jika dibandingkan dengan makhluk hidup lain dan tersisih, menurut yang diyakini oleh evolusionis sendiri.

Di sisi lain, makhluk hidup yang tulang-tulang rahangnya bergerak ke arah telinganya akhirnya akan memiliki rahang yang cacat. Kemampuan mengunyah makhluk seperti itu menurun tajam, dan bahkan hilang sama sekali. Ini juga merugikan makhluk itu, dan berakibat pada ketersisihannya.

Singkatnya, hasil-hasil yang muncul ketika seseorang meneliti struktur-struktur telinga dan asal usulnya tegas-tegas membantah anggapan-anggapan evolusionis. Sebuah buku evolusionis, Grolier Encyclopedia, membuat pengakuan bahwa "asal usul telinga diselubungi oleh ketidakpastian." Sebenarnya, setiap orang yang mempelajari sistem pada telinga dengan akal sehat bisa dengan mudah melihat bahwa telinga adalah hasil sebuah penciptaan yang sadar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar